Tahun-Tahun Sayu yang Harus Disyukuri

 


Mungkin tahun ini adalah tahun paling sayu bagi saya, dan mungkin juga bagi sebagian teman-teman yang lainnya. Bagaimana tidak, pertama, di tahun ini saya berhasil menyandang predikat sarjana, tepatnya di awal februari kemarin. Waktu itu, setelah saya sidang, bayangan saya langsung menuju kepada keluarga kecil saya. Sebentar lagi mereka akan datang ke Jogja untuk menyaksikan acara wisuda saya yang harusnya di gelar pada bula April kemarin. Tapi sayang, semua rencana batal. Semenjak makhluk kecil tak kasat mata itu muncul di awal Maret lalu, yang akhirnya membuat acara wisuda batal dilaksanakan. Dan terpaksa membuat saya gagal mendatangkan keluarga kecil saya untuk menyaksikan acara wisuda saya. Walaupun pada akhirnya wisuda tetepa digelar dengan cara daring bulan Juli lalu. Awalnya mungkin berat dan sedih karena acara wisuda bagi sebagian orang tua adalah acara yang sangat berkesan karena perasaan bangga terhadap buah hatinya yang berhasil menyelesaikan studi. Kali ini Tuhan benar-benar seolah ingin berkata kepada kita semua, “Kalau Aku bilang tidak, kalian hambaku, bisa apa?”.

Kedua, sebenarnya adalah masalah asmara. Dan mungkin tak pantas untuk saya tuliskan secara gamblang. Ini tak lain karena satu kejadian yang –sampai saat ini- masih belum bisa saya terima kalau itu benar-benar terjadi. Sebagian mungkin akan menilai saya lebay, lemah dan berlebihan karena terlalu rapuh dalam masalah asmara. Namun, pada akhirnya kejadian itu kembali menyadarkan saya, bahwa image laki-laki yang tidak pernah menangis itu seketika terbantahkan. Laki-laki itu menangis ketika hatinya mlocot.

Ketiga, semenjak corona melanda, dan keadaan di negara ini sedang panik hingga terjadi pembatasan di mana-mana, membuat saya untuk akhirnya kembali ke kampung halaman. Hampir setengah tahun. Dan ini mungkin terjadi pada sebagian besar teman-teman juga. Satu alasan kenapa saya sedikit sedih karena harus di rumah lumayan lama itu karena sebenarnya saya belum benar-benar siap untuk benar-benar di rumah dengan label “sarjana”.

Keempat, karena ketiga alasan itu, akhirnya saya harus merombak plan-plan yang sejak lama aku rencanakan. Dan itu susah menurut saya. Saya tipe orang yang susah beradaptasi dengan plan-plan baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Namun kembali Tuhan mungkin sedang mengajari saya untuk tetap sumeleh pada takdir-Nya.

Diantara plan-plan yang harus saya rubah adalah, saya memutuskan untuk keluar dari salah satu lembaga pendidikan yang selama ini menjadi tempat tinggal saya di Jogja. Dan memutuskan untuk pindah ke tempat lain di Jogja. Sebenarnya itu berat sekali buat saya. Namun setiap manusia berhak memilih yang terbaik buatnya. Tentu saya tidak akan menuliskan alasan sebenarnya di sini. Dan saya kira, hal itu saya lakukan karena itu yang terbaik buat saya. Walau sebenarnya ini sulit sekali buat saya karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru lagi. Tapi semoga itu tak menjadi masalah buat saya karena dengan itu saya akhirnya bisa belajar tentang kesiapan untuk hidup dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun.

Semua itu menyadarkan saya, bahwa Tuhan selalu datang membawakan keindahan setelah kesulitan. Setiap momen yang diciptakan Tuhan, jika kita mampu menyadarinya, pasti selalu terdapat pelajaran yang membuat kita menjadi lebih baik. Kata sebagian orang bijak, Terkadang Tuhan mematahkan hatimu untuk menyelamatkan kamu dari orang-orang yang salah, terkadang Tuhan mematahkan hatimu supaya kamu semakin kuat. Kita tahu, baja akan bernilai berharga jika dibentuk dengan hantaman palu. Seperti genteng, sebelum menempati posisi atas (atap) tentu diawali dengan diinjak-injak dan dibakar terlebih dahulu.

Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana cara kita belajar dan mengambil pelajaran dari setiap momen yang tercipta. Baik dalam keadaan momen sulit maupun momen yang menggembirakan bagi kita. Sampai akhirnya kita menyadari bahwa Tuhan adalah yang maha kuasa, sedangkan kita bukan apa-apa.

Dan terakhir, saya adalah orang yang belum pandai menulis. Saya merasa seperti itu karena saya selalu gagal menuliskan semua yang ada dalam pikiran saya. Termasuk apa yang saya tuliskan ini.

 

Jogja, pertengahan September 2020.

Tidak ada komentar untuk "Tahun-Tahun Sayu yang Harus Disyukuri"