Tafsir Surat Ali Imron Ayat 134 : Ciri-Ciri Orang Bertakwa dalam Ranah Sosial


Dalam Al-Qur’an terdapat tidak kurang dari 208 ayat yang menjelaskan tentang takwa. Diantaranya terdapat pada surat Ali ‘Imran ayat 134:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)
"Mereka yang menafkahkan (hartanya), baik sewaktu lapang maupun sempit, dan yang mampu menahan amarah dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".

Ayat tersebut masih ada kaitannya dengan ayat sebelumnya yakni memaparkan sifat-sifat orang yang bertakwa. Dalam hal ini, orang yang bertakwa dianggap sebagai ciri  penghuni surga.

Setidaknya ada empat sifat orang yang disebut bertakwa dalam ayat ini. dan hemat penulis, semua sifat-sifat ini lebih banyak berkaitan dengan hubungan horizontal. Yakni hubungan sosial antar manusia. ini menunjukkan bahwa untuk menilai seseorang bertakwa tak cukup hanya dengan melihat hubungan vertikalnya kepada Allah Swt. saja.

Sifat-sifat tersebut yang pertama adalah senantiasa berinfak. Sesuai dengan ayat tersebut yakni الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ . dalam ayat ini, Allah menyifati orang yang bertakwa sebagai orang yang senantiasa berinfak baik dalam keadaan lapang maupun sempit. 

Imam Thabari dalam kitab tafsirnya mendifinisakan kata السَّرَّاءِ sebagai keadaan bahagia. Baik dengan banyaknya harta maupun dengan kondisi hidup yang sejahtera. Sedangkan kata الضَّرَّاءِ beliau mendefinisikan sebagai keadaan sempit, dimana seseorang sedang mengalami kesulitan dalam kehidupannya.

Jadi sifat orang yang bertakwa dalam ayat ini adalah yang senantiasa berinfak dalam keadaan apapun.

Sifat yang kedua adalah menahan amarah.
Seseorang belum disebut sebagai orang yang bertakwa jika masih mudah untuk meluapkan emosi kemarahan. Seseorang yang bertakwa akan senantiasa menahan emosinya kendati sebenarnya ia mampu untuk meluapkan amarahnya dengan kata-kata kotor maupun perbuatan yang negatif.

Dalam kaidah bahasa Arab, ada perbedaan diksi dalam pengungkapan sifat pertama dan kedua ini. Pada pengungkapan sifat yang pertama tadi menggunakan bentuk fi’il. Sedangkan pada sifat yang kedua ini menggunakan bentuk isim (الكاظم)yang mempunyai arti tajdid dan istimrar. Ini memiliki arti bahwa kemampuan menahan amarah harus dilakukan secara terus menerus. 

Bahkan dalam satu hadits yang masyhur Rasulullah pernah memberi nasihat kepada sahabat untuk tidak marah. Dan nasihat tersebut diulangi sampai tiga kali. Ini memberi arti bahwa menahan amarah adalah sesuatu yang penting dalam Islam.
Selanjutnya sifat orang yang bertakwa yang ketiga adalah mudah memberi maaf.

Orang yang bertakwa akan menghapus segala luka yang pernah dilakukan orang lain  kepadanya. Dengan memberi maaf,  tidak hanya dengan menahan emosi saja, lebih dari itu, seseorang yang bertakwa akan melupakan kesalahan yang pernah diperbuat seseorang.

Seseorang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain, hatinya akan senantiasa tenteram, tidak ada lagi dendam yang berkelanjutan. Dan seakan-akan tidak pernah terjadi suatu kesalahan yang diperbuat orang lain kepadanya.

Dalam ayat lain disebutkan “barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya di sisi Allah” (QS. Asy-Syura 40).

Dan terakhir, sifat atau karakter orang yang bertakwa adalah berbuat ihsan.

Sifat ini merupakan sifat tertinggi seseorang yang bertakwa dalam ranah sosial. Sifat ihsan bukan hanya mampu menahan emosi dan memberi maaf saja. Lebih dari itu, ihsan membuat seseorang yang bertakwa bahkan membalas seseorang yang telah berbuat dzalim kepadanya dengan suatu kebaikan. 
Dan ketiga sifat yang terakhir ini menurut Prof. M. Quraish Shihab adalah jenjang sikap manusia dalam menghadapi kesalahan orang lain.

Membaca ayat ini menjadi sangat penting karena akhir-akhir ini, derasnya arus informasi dan keleluasaan setiap orang dalam mengungkapkan pendapat tanpa disertai dengan pengetahuan yang mendalam justru seringkalimembuat gaduh dan menyebabkan tersebarnya fitnah-fitnah di kalangan masyarakat. Apalagi ditengah situasi pandemic seperti ini.

Semua agama mengajarkan untuk menciptakan kedamaian di muka bumi ini. Termasuk agama Islam. Menciptaikan kehidupan yang penuh kedamaian dan penuh kasih saying adalah tujuan dari Islam itu sendiri. 

Keempat sifat  atau karakter dalam surat Ali ‘Imran ayat 134 tersebut seharusnya selalu menjadi pedoman kita dalam bertakwa dengan mencipatakan kedamaian sosial di masa sekarang ini, disituasi pandemic dan momen hari raya ini.

Tidak ada komentar untuk "Tafsir Surat Ali Imron Ayat 134 : Ciri-Ciri Orang Bertakwa dalam Ranah Sosial"