Wajah Baru Pesantren di Masa Pandemi


Dalam masa-masa sulit seperti ini, siapa yang mampu berinovasi itu yang akan tetap hidup. Mungkin itu adalah prinsip yang sesuai di masa pandemi sekarang ini. 

Hampir semua lini kehidupan goncang, bahkan mandeg. Pandemi tak memandang kasta, tak memandang suku, bahkan tak memandang keimanan manusia. Semua manusia merasakan dampaknya. 

Dan salah satu cara untuk tetap menjaga kestabilan kehidupan yaitu inovasi. Setiap peristiwa pasti selalu ada hikmahnya. Apalagi peristiwa wabah yang sudah menjadi pandemi ini. Siapa yang tetap berinovasi dalam waktu sempit, maka dia yang akan tetap hidup. 

Pandemi memaksa manusia untuk menggunakan akalnya untuk berpikir lebih dalam lagi. Bagaimana untuk sekedar bertahan hidup di kondisi sulit seperti ini. Pandemi sedikit banyak telah berhasil mengakselerasi kehidupan manusia untuk sampai pada peradaban yang baru. Peradaban teknologi, peradaban yang tanpa temu tapi masih bisa berinteraksi. Bahkan saling menatap satu dengan yang lain. Dan salah satu aspek yang patut kita tilik karena terdampak oleh pandemi adalah aspek tradisi keilmuan Islam. 

Di Indonesia, tradisi keilmuan Islam didominasi oleh sistem pendidikan di pesantren. Ribuan pesantren tersebar di berbagai penjuru nusantara. Nyawa keilmuan Islam ada disana. Pesantren masih eksis menjaga khazanah keilmuan Islam yang washatiyah, sudah mulai digempur oleh paham-paham liberal dan literal. Pesantren masih tetap pakem di tengah. Menjaga washatiyah. 

Namun, selama ini, sistem keilmuan Islam di pesantren distigmakan sebagai sistem yang kolot, yang takut untuk membuka pintu bagi peradaban yang baru. Pesantren distigmakan sebagai sistem kuno yang anti teknologi. Dan nyatanya, stigma seperti ini tak sepenuhnya benar. Pesantren justru terus membuka diri untuk perubahan yang lebih baik. Namun prinsip pesantren yang masih baik pun harus tetap dipegang. 

Untuk urusan teknologi komunikasi, pesantren memang dinilai sedikit terlambat mengikuti. Bukan karena tidak mampu, tapi sistem pendidikan disana tak mengharuskannya menyelami lebih dalam lagi. Karena dalam prinsip pesantren, kualitas tatap muka dalam pendidikan itu tak pernah bisa digantikan oleh teknologi komunikasi secanggih apapun. Ada kemesraan tersendiri dalam pertemuan Kyai dan santri.

Namun, belakangan ini, pesantren mampu membuktikan bahwa mereka juga mampu beradaptasi dengan cepat untuk tetap menjalankan tradisi keilmuan dengan jarak jauh. Kenyataannya, pesantren mampu untuk mengikuti arus zaman teknologi ini. Berkat pandemi, pesantren mampu membuktikan diri bahwa tradisi keilmuan pesantren tak sekolot yang banyak orang kira.

Dipulangkannya santri-santri demi menjaga diri karena pandemi, membuat para kyai di pesantren tetap melaksanakan pembelajaran walaupun dengan tanpa tatap muka. Bagaimanapun juga, tanggung jawab keilmuan di tengah keadaan sulit harus tetap dilaksanakan. Para kyai sepenuhnya menyadari itu. 

Hasilnya, kita bisa melihat sendiri, betapa banyaknya kajian online yang diisi oleh kyai-kyai pesantren, yang itu bisa diikuti juga oleh kalangan luas. Hikmahnya, ini sekaligus mengkounter membanjirnya kajian agama yang tidak sesuai dengan prinsip Islam Washatiyah di berbagai platfrom yang ada. 

Berkat pandemi ini, pesantren mampu unjuk gigi, bahkan lebih cepat lagi arusnya. Kajian keilmuan islam dengan menggunakan kitab-kitab klasik, tapi disajikan dengan cara yang lebih modern, melibatkan kemajuan teknologi informasi. Mungkin ini benar-benar cara pesantren berakselerasi mengikuti derasnya kemajuan peradaban. Bahkan bisa jadi akan lebih cepat lagi. 

Dan patut kita yakini, bahwa peradaban itu ditentukan oleh keilmuan. Dulu Islam menjadi pusat peradaban dunia karena tradisi keilmuan yang maju. Kelimuan islam tak selalu bercibacara tentang agama. Peradaban Islam juga dipenuhi dengan pengetahuan-pengathuan umum. Dan sejarahnya, bisa dibaca di berbagai sumber. 

Dan memang, sekarang ini, Islam tak lagi menjadi pusat peradaban, karena menurut Muhammad Abdussalam, Mimbar-mimbar seringkali hanya diisi dengan pemahaman agama saja. Jarang sekali diisi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Dan mungkin ini saatnya.

Tidak ada komentar untuk "Wajah Baru Pesantren di Masa Pandemi"