Pandemi Mendewasakan Pendidikan Kita

Sumber gambar: liputan6.Com


Segala yang diciptakan oleh Tuhan pasti ada hikmahnya.  Bukan hanya sesuatu yang dianggap manusia 'baik', namun sesuatu yang dianggap manusia 'jelek' pun ada hikmahnya. 

Merebaknya virus corona yang telah menyebar di lebih dari 200 negara, telah dianggap sebagai sesuatu yang 'jelek' dan merugikan. Tentu kita sepakat dengan itu. Karena banyak sekali yang dirugikan dengan adanya pandemi corona ini. 

Pedagang kaki lima yang mulai sepi dari pembeli, ojol yang tak seramai biasanya. Bahkan segala bidang di pemerintahan harus berpikir lebih ekstra untuk menghadapi pandemi yang mengancam ini. Tak terkecuali dunia pendidikan yang mengalami 'efek samping' dari pandemi ini. 

Banyak guru dan tenaga kependidikan yang 'dirumahkan' (selaras denga istilah work from home).  Mereka dituntut memutar otak untuk melaksanakan pendidikan jarak jauh, tanpa membebani siswa, namun secara bersamaan harus bisa memastikan antusias siswa lebih tinggi. Setidaknya sama seperti ketika pembelajaran langsung atau tatap muka.

Ini bukan perkara mudah. Namun guru harus bisa melaksanakan. Belum lagi guru-guru yang kurang 'melek' teknologi. Ini menjadi tantangan tersendiri. Mengingat satu-satunya media pembelajaran jarak jauh adalah dengan teknologi. Namun ini baik, demi kedewasaan dunia pendidikan kita. 

Pertanyaannya, apakah dunia pendidikan kita siap untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh seutuhnya? Meskipun kita tau, dan semoga, ini hanya sementara dan tak lama. 

Tentu dibanding jawaban siap, saya lebih setuju untuk jawaban tidak siap. Mengapa? Dunia pendidikan kita selama ini bukan menjadi prioritas 'nomer satu' dalam tatanan negara. Meskipun mungkin prioritas tatanan negara yang lain menuju juga ke aspek pendidikan, namun waktunya lama, kurang cepat. Padahal tatanan sistem pendidikan harusnya dilaksanakan denga cepat, meskipun memanennya memang butuh waktu yang tidak sebentar. 

Apalagi bangsa ini masih minim kesadaran literasi. Orientasi pendidikan masih hanya sebatas uang. Padahal lebih dari itu, orientasi pendidikan harusnya adalah menjadi manusia dan bangsa seutuhnya. 

Kita tak bisa memungkiri, pelaksanaan pembelajaran secara langsung tatap muka pun belum bisa dilakukan secara maksimal. Apalagi ketika pembalajaran dilaksanakan secara daring/online. Dengan gagap dan panik, kita memaksakan untuk melaksanakan pembelajaran online. 

Ini tak sepenuhnya salah. Karena sekali lagi, ini proses pendewasaan dalam dunia pendidikan kita. Pasti ada hikmahnya. Apalagi dalam kondisi darurat seperti ini. Melaksanakan pendidikan meskipun tidak maksimal itu lebih baik daripada tak melaksanakan sama sekali.

Saya menduga, pendidikan kita akan siap siaga dalam kondisi darurat, jika kesadaran literasi masyarakat tinggi. Dan orientasi pendidikan tak melulu tentang pekerjaan, uang dan jabatan. 

Tentu ini bukan hanya tugas pemerintah. Ini tugas kita, sebagai tenaga kependidikan, untuk selalu berinovasi dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran.

Selain itu, mungkin sejenak pelaksanaan pendidikan kita akan menurun. Karena bagaimanapun juga, pertemuan itu mempengaruhi kualitas. Apalagi dalam pendidikan. Intensitas pertemuan murid dengan guru,  murid dengan sesama murid, pasti mempengaruhi kualitas pendidikan. Dan itu sulit digantikan oleh teknologi secanggih apapun. 

Dunia pendidikan kita sedang mengalami proses pendewasaan, sistem pendidikan akan mempunyai pengalaman. Bagaimana tantang mengukur kualitas  lulusan tanpa diadakannya UN. Bagaimana memastikan kualitas peserta didik secara jarak jauh. Bagaimana orang tua peserta didik meluangkan lebih banyak waktunya untuk ikut mengawasi dan merasakan kualitas pendidikan sang anak.

Butuh kesabaran, namun inovasi tetap harus jalan. Meksipun tidak maksimal, yang penting tidak mandek sama sekali. 

Semoga benar, Setelah ini, setelah pandemi berakhir, dunia pendidikan kita akan semakin dewasa dan berpengalaman. Setidaknya bisa lebih baik. 

4 komentar untuk "Pandemi Mendewasakan Pendidikan Kita"

Posting Komentar