Berharap Pandemi Berakhir (Konsep Ar-Raja' Menurut Imam Ghozali)
Situasi pandemi corona menimbulkan berbagai respon psikologis masyarakat. Ada yang ketakutan dan panik hingga membuatnya stress. Ada juga yang justru acuh dengan situasi yang ada, tak menjalankan himbauan pemerintah dan ahli medis. Motivasinya beragam, ada yang mengatas namakan iman, ada pula karena beban ekonomi yang membuat dia tak mengindahkan himbauan ini.
Yang pertama dilatarbelakangi ketakutan, dan yang kedua karena ke-pede-an dengan imunitas dan keimanan dirinya. Yakin bahwa Tuhan akan melindungi dirinya.
Bagaimana mungkin kita berharap pandemi ini segera berakhir namun kita tak mau usaha untuk menghindarinya. Padahal Islam tak pernah mengajarkan manusia untuk berserah tanpa usaha. Islam selalu mengajarkan manusia untuk berikhtiar dulu sebelum berharap dan pasrah. Tentu tak ada yang salah dengan berharap. Yang salah jika berharap namun tanpa usaha terlebih dulu.
Imam Ghozali dalam Ihya' telah mengulas tentang bagaimana sebenarnya harapan -biasa disebut dengan Roja'- yang dibenarkan dalam Islam.
Beliau memberikan definisi Roja' adalah sebagai berikut:
الرجاء انما يصدق على انتظار محبوب تمهدت جميع اسبابه الداخلة تحت اختياره بصرف القواطع والمفسدات
"Harapan adalah menunggu sesuatu yang disenangi, dengan usaha untuk mewujudkannya, serta dengan menghindari segala hal yang dapat menghalangi dan merusak sesuatu (yang disenangi) tersebut"
Imam Ghozali mengibaratkan konsep roja' dengan konsep "bertanam". Seseorang yang menanam di tanah yang subur dan dengan benih yang berkualitas baik, kemudian ia merawatnya dengan menyiraminya serta membersihkan dari segala hal yang bisa merusak tanaman tersebut, lalu kemudian orang tersebut menunggu hasilnya. Inilah yang dinamakan roja' yang sebenarnya.
Namun jika ada seseorang yang menanam benih di tanah yang tandus, tidak ada pasokan air disana sehingga dia tidak merawatnya. Lalu kemudian dia menunggu hasil panennya. Imam Ghozali menyebut orang seperti ini dengan sebutan orang yang bodoh.
Ada juga orang yang menanam benih di tanah yang tidak ada airnya. Lalu orang tersebut hanya berharap pada hujan untuk menyirami, tanpa ada usaha mencari air terlebih dahulu. Kemudian ia menunggu hasil panennya. Ini adalah angan-angan. Bukan harapan (roja').
Dari konsep ini kita tau bahwa setiap harapan selalu didahului dengan usaha terlebih dahulu. Seseorang boleh berharap rahmat Allah asalkan ia mau berusaha untuk selalu menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Jangan sampai kita menjadi orang bodoh atau orang yang suka berangan-angan saja. Yaitu berharap rahmat Allah tapi maksiat tetap jalan secara sengaja tanpa ada usaha untuk menghindari.
Dalam situasi pandemi corona seperti ini, hal yang paling rasional sebelum berharap pendemi berakhir adalah dengan usaha untuk mengikuti himbauan-himbauan dari pemerintah dan ahli medis.
Tak dibenarkan jika kita berharap pandemi segera berakhir namun kita tak ada usaha untuk menghindarinya, tidak mematuhi himbauan pemerintah. Jangan sampai kita menjadi orang bodoh dan suka berangan-angan seperti yang dikatakan Imam Ghozali karena kita berharap namun tanpa usaha.
Kita seringkali gagal membedakan antara harapan dan angan-angan. Berharap tanpa profesionalitas itulah yang disebut angan-angan. Bagaimana mungkin orang berharap pintar tanpa belajar, bagaimana mungkin orang berharap kaya tanpa bekerja, bagaimana mungkin orang berharap mendapat jodoh tanpa berusaha.
Semoga Allah segera mengangkat wabah ini... Aamiin...
Aamiiiin yra.. maturnuwun ust
BalasHapusAamiin aamiin... Sami2 ustadz...
Hapus