Socrates: Antara Tiga Lapis Dialektika dan Spirit Islam


Masponjek.blogspot.com

Saat ini kita sedang Menghadapi era modernitas yang terkadang semua hal mejadi mudah, namun tak jarang pula malah memperkeruh genangan kebenaran dan kesalahan karena semua bercampur baur menjadi satu hingga susah untuk dibedakan. Kita seringkali kesusahan untuk mencari gendolan argumen atau gagasan karena semua yang berpendapat atau bergagasan nampak punya kepentingan sendiri. Bahkan untuk aspek kelas tinggi sekelas agama pun bisa dijualbelikan sesuai dengan kepentinga pribadi.
Banyak orang-orang yang dengan ringannya memamerkan dagangan berupa agama kepada masyarakat yang kadang kala silau dg kelihaian marketing mereka dalam menjual agama. Semua tampak kabur namun tak disadari, terlihat lumrah saja, Padahal hakikatnya menurunkan harga diri agama itu sendiri.
Kita sering tak peka dengan substansi yang dibawa oleh penjual agama. Paradigma kita masih sering tertarik dengan eksistensi tanpa tau esensinya. Padahal di era modern seperti ini, eksistensi tak selalu menjadi ciri dari esensi. Kita sering terbohongi oleh kulitnya.
Menghadapi era semacam ini, kita dituntut untuk banyak belajar dan membaca, baik membaca teks ataupun konteks, serta merefleksikannya. Iqra' akan selalu relevan kita lakukan kapan saja dan dimana saja. Menumbuhkan sikap literasi Adalah cara ampuh untuk menaikkan derajat agama  yang telah dilemahkan oleh kaum-kaum penjual agama.
Berbagai disiplin ilmu telah dijadikan pendekatan dalam menghadapi era modern yang seperti ini. Tak terkecuali melalui pendekatan filsafat. Dimana dengan berfilsafat, sesorang akan berusaha memikirkan secara mendalam dan mengakar tentang fenomena-fenomena yang saat ini terjadi, sehingga orang-orang yang berfilsafat akan semakin bijak dalam menjalani kehidupan.
Dalam dunia filsafat, tentunya kita tak asing dengan Socrates yang dikenal dengan sebutan bapak filsafat moral dunia. Dia merupakan guru dari filsof terkenal, yaitu Plato. Meskipun Socrates tidak mempunyai karya yang dituliskan, namun Plato mampu membukukan gagasan-gagasan filsafat dari sang guru.
Diantara yang terkenal dari dialektika filsafat sang guru yaitu dialektika tiga lapis. Dialektika ini masih sangat relevan jika kita gunakan untuk menghadapi fenomena-fenomena di era modern seperti ini.
Tiga lapis itu adalah
1.) kebenaran
Untuk Menjadi seseorang yang kritis dan peka dengan kejadian dan fenomena yang dihasilkan oleh zaman, tentu harus diimbangi dengan pengetahuan tentang mana yang benar dan mana yang salah. Islam menyatakan bahwa kebanaran dan kebathilan itu sudah jelas semua. Maka dari kita harus terus mengkajinya. Namun era modern mengkaburkan semuanya, maka lapis kedua dari dialketika socrates yaitu
2.) kebaikan
Ini juga spirit Islam. Selalu berbuat baik. Tentu kita harus tau tentang mana yang baik dan mana yang kurang baik atau bahkan tidak ada kebaikan sama sekali. Lapis ini menjadi lapis kedua dalam dialektika socrates. Namun jika dengan lapis ini masih juga belum menemukan jalan terang dalam berfikir, maka ada lapis yang ketiga, yaitu:
3.) kebermanfaatan
Ini juga spirit Islam yang diajarkan kepada semua muslim, kebermanfaatan kepada yang lain. Jika kita masih buram dengan suatu perkara, apakah perkara itu benar atau tidak. Juga buntu dalam menentukan perkara itu baik atau tidak. Maka lapis kebermanfaatan ini harus dipikirkan matang. Apakah suatu perkara itu bermanfaat atau tidak.
Setidaknya tiga lapis dialektika yang digagas oleh Socrates kesemuanya juga merupakan spirit Islam. Yaitu aspek kebenaran, kebaikan, juga kebermanfaatan.
Pada akhirnya, kembali kepada kita untuk tidak malas dalam menimbang segala fenomena dan kegaduhan yang ada di zaman sekarang dengan tiga lapis dialektika ala Socrates tersebut dan dilandasi dengan spirit Islam yang kuat.

Wallahu a’lamu

Tidak ada komentar untuk "Socrates: Antara Tiga Lapis Dialektika dan Spirit Islam"