Nahdliyyin dan Corona

Sumber gambar: www.nu.or.id

Corona bisa mengubah semuanya. Corona seolah-olah menjungkir balikkan logika-logika dan kata-kata mutiara mainstream yang pernah kita dengar.

Rebahan yang selama ini dikesankan sebagai aktivitas tuna manfaat, justru oleh si virus ini di muliakan kedudukannya. Bahwa orang yang rebahan #dirumahsaja itu lebih baik dari pada beraktifitas di luar rumah. Tentu ini mengecualikan dokter, tenaga medis dan semua pihak yang mengurus pandemi ini.

Salaman atau salim juga berpelukan yang selama ini menjadi hal positif dalam dunia sosial, dijungkir balikkan oleh adanya virus ini. Sementara ini, kita dihimbau untuk tidak bersalaman dan berpelukan. Apalagi berpelukan dengan mantan.

Apalagi dalam hal-hal yang lain yang kaitannya dengan agama. Banyak sekali ritual ritual yang oleh pemerintah dan bahkan Majlis Ulama menghimbau untuk tidak dilakukan.

Ini ujian besar bagi bangsa Indonesia. Kita tau, Indonesia dibangun dengan gotong royong, kerja sama, dan kekompakan melawan penjajkoah. Gotong royong lah yang menjadi nilai plus di bangsa ini. Ada tetangga bangun rumah, masyarakat sekitar ikut membantu. Ada acara apapun, pasti masyakarat sekitar diajak kumpul. Bangsa ini terlahir dari tradisi kebersamaan.

Apalagi bangsa Indonesia yang Islam. Kita juga tau sendiri, Islam adalah agama yang sering melibatkan orang lain dalam suatu ibadah. Contohnya adalah sholat jum'at, sholat jama'ah, haji, dll. Ritual ritual ibadah orang Islam banyak yang melibatkan orang banyak. 

Apalagi orang Islamnya yang NU. Di desa-desa yang mana tradisi-tradisi NU sudah mendarah daging di masyarakatnya, kumpul adalah keharusan. Sehari saja, bisa paling sedikit sekali ada satu kumpulan yang biasanya dibungkus dengan acara hajatan atau manqiban, dll. Mulai dari ngapati, mitoni, aqiqahan, belum lagi nanti walimah khitan, walimah ursy. Bahkan sampai sudah meninggalpun masih ada acara kumpul-kumpul untuk mendoakannya. 

Virus ini tentu menguji masyarakat Indonesia umumnya. Apalagi yang NU. Tentu sementara waktu kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengakomodir orang banyak harus dihentikan terlebih dahulu.

Dan tentu jika pandemi ini berakhir, yang paling teruji adalah masyarakat Indonesia. Utamanya diingkungan dengan tradisi NU yang masih kental.

Berat memang, tapi pasti ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Ujian itu untuk kenaikan kelas Atau kenaikan fase yang lebih baik dari sebelumnya. Yakini itu, usia pandemi berakhir, kita akan menjadi bangsa yang lebih hebat lagi.

Sementara waktu, #Dirumahsaja dan terapkan #socialdistancing

Tidak ada komentar untuk "Nahdliyyin dan Corona"