Isra' Miraj, 'Amul Huzni dan Corona

Sumber Gambar: www.nu.or.id

Akhir-akhir ini dunia digemparkan dengan satu wabah yang oleh WHO sudah ditetapkan sebagai pandemic global. Wabah tersebut adalah Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang sudah menjangkit lebih dari 150 negara di dunia.

Hal ini membuat segala aspek kehidupan terkena dampak. Mulai dari aspek sosial, politik, pendidikan, ekonomi, bahkan agamapun terkena dampak dari wabah ini. kita tau dalam aspek sosial misalnya semua masyarakat dihimbau untuk menerapkan social distancing atau menjaga jarak dengan cara berdiam di rumah dan menghindari keramaian untuk mengurangi penyebaran virus ini. Dalam dunia pendidikan juga terkena dampak yang pada akhirnya membuat banyak lembaga pendidikan menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh.

Dalam aspek ekonomi, kita tahu akhir-akhir ini nilai rupiah ikut anjlok yang nantinya membuat harga-harga bisa melonjak naik. Belum lagi orang-orang jahat yang menimbun berbagai kebutuhan penting saat ini sehingga membuat barang tersebut juga susah dicari. Kalaupun ada pasti harganya sudah berkali-kali lipat dari harga biasanya.

Aspek agama pun tak luput dari dampak wabah ini. hal ini ditunjukkan dengan adanya himbauan dari berbagai lembaga keagamaan untuk meniadakan sholat jama’ah dan sholat jum’at di daerah yang terdampak corona untuk sementara waktu.

Dunia sedang dilanda kesedihan, ratusan ribu orang dinyatakan positif terjangkit dan ribuan orang meninggal disebabkan oleh virus ini. Virus ini berhasil menciptakan peperangan tak kasat mata. Tentaranya adalah tenaga medis dan dokter. Mereka berperang dengan musuh tak kasat mata. Betapa sulitnya menghadapi situasi seperti ini.

Namun, alangkah baiknya kita terus mengambil pelmbelajaran dari kejadian ini. Kita harus yakin bahwa Allah akan menurunkan kemudahan setelah ini. dan meyakini dunia akan membaik seperti semula. Apalagi di momen bulan Rajab seperti ini, dimana pada bulan ini pula terjadi peristiwa penting bagi umat Muslim. Pada bulan Rajab tahun kesepuluh nubuwwah, Rosulullah diisra’-mi’raj-kan oleh Allah setelah mengalami berbagai cobaan.

Pada tahun ini juga biasa disebut dengan ‘amul huzni atau tahun kesedihan. Dimana Rasulullah mengalami puncak kesedihan dan cobaan dalam mendakwahkan dan menyebarkan Islam. Saat itu, paman yang setia merawat dan menjadi garda terdepan dalam membela Rosulullah yakni Abu Thalib menemui ajalnya. Tak berselang lama, sekitar dua atau tiga bulan giliran istri Rosulullah, Siti Khadijah binti Khuwailid menemui ajalnya.

Setelah wafatnya Abu Thalib dan Siti Khadijah, Rosulullah mengalami cobaan yang luar biasa dalam mendakwahkan Islam. Kaum kafir Quroisy semakin memusuhi Nabi bahkan berencana membunuh Nabi. Begitu hebatnya cobaan Nabi kala itu. Akhirnya Rosulullah Saw. memutuskan untuk hijrah ke Thaif. Namun, yang terjadi justru kaum Thaif juga menghalangi Nabi dan mengusirnya. Bahkan Rosulullah Saw. dan pengikutnya dilempari dengan batu dan kotoran.

Dipuncak kesedihan Rosulullah Saw. ini, Allah memberikan satu hadiah. Rosulullah diisra’-mi’raj-kan oleh Allah. Pada malam 27 Rajab tahun tersebut Rosulullah diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsha, lalu kemudian dari masjidil Aqsha sampai Shidratul Muntaha yang pada akhirnya Rosulullah membawa oleh-oleh kepada umatnya, yaitu sholat lima waktu.

Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa Isra’ Mi’raj dimomen bulan Rajab ini, di tengah-tengah pandemi virus corona kali ini. Bahwa, kita harus tetap berikhtiar untuk sebisa mungkin membantu mencegah penyebaran virus ini. Kita tahu, ini mungkin berat, namun yakinlah bahwa Allah akan memberikan kemudahan dan pembelajaran seperti halnya peristiwa isra’ mi’raj kala itu.

Selalu ada kemudahan di segala kesulitan. Selalu ada hikmah dibalik musibah dan cobaan yang ada. Seperti halnya sholat lima waktu yang menjadi hikmah dari kesedihan Rosulullah yang beruntun kala itu. Rosulullah manusia yang kuat. Dan kita harus meneladaninya.

Di momen isra’ mi’raj ini. marilah kita sholatkan diri dan jiwa kita, sepenuhnya menyelami lautan kesadaran bahwa betapa lemahnya kita, dan Allah yang maha kuasa. Bahwa hidup dan mati adalah untuk Allah. Dengan virus ini, kita bisa mengambil hikmah, sesuatu yang kita sombongkan selama ini tidak apa-apanya dibanding makhluk kecil tak kasat mata bernama corona. Dan sekali lagi, marilah kita sholatkan diri dan jiwa kita di dalam kesendirian kita, di dalam keterisolasian kita.

Semoga Allah segera mengangkat segala wabah ini. Allahu yahfdzuna…

Tidak ada komentar untuk "Isra' Miraj, 'Amul Huzni dan Corona"