Menelaah Kembali "Menomorsatukan Allah dan Membuat Orang Lain Terhormat"





Menelaah kembali tentang dawuh guru saya, Bapak KH. Drs. Jalal Suyuti, S.H. (pengasuh pondok pesantren Wahid Hasyim) yakni “Menomorsatukan Allah dan membuat orang lain terhormat”, akhirnya saya menemukan jawaban tentang inti dari kehidupan melalui prinsip ini.

Ada dua Hal penting yang harus kita lakukan melalui dawuh ini:

1.       Prinsip Menomorsatukan Allah

Dalam kondisi apapun, dalam keadaan apapun, kita harus berusaha supaya hati kita selalu Gumanthil pada Allah. Dalam keadaan apapun harus menomorsatukan Allah. Ketika tiba waktu sholat, langsung bergegas melakukan sholat, tidak ditunda-tunda, apalagi dikalahkan dengan hal yang kurang bermanfaat.

Bukankah kita diciptakan sejatinya hanya untuk “mengabdi” pada Allah. Semua yang kita lakukan, usahakan semuanya kembali pada Allah, ketika semuanya kembali pada Allah, maka apa yang kita lakukan akan ada nilai plus, terasa ada kepuasan tersendiri dari dalam hati kita. Ketika apa yang kita lakukan semuanya kembali pada Allah, apakah masih berani kita melakukan keburukan atau kemaksiatan?. Saya kira tidak.

Prinsip ini merupakan poin penting dalam hidup kita, terutama tentang hubungan kita dengan Allah.



2.       Prinsip Membuat orang lain terhormat

Sungguh luar biasa pengendikan beliau ini karena sangat berpengaruh dalam kehidupan saya. Apapun yang kita lakukan seharusnya tidak mengesampingkan orang lain, ini merupakan bentuk konsistensi kita sebagai mahluk sosial dimana hal itu merupakan sebuah keniscayaan. Apapun yang kita lakukan seharusnya bisa memberi  nilai  “membuat orang lain merasa terhormat”.

Sekedar memberikan senyuman kepada teman, atau menyapa saudara, itu akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap kepuasan hati seseorang. Poin penting dari prinsip yang kedua ini adalah “Khidmah” pada sesama makhluk. Kehidupan bersosial kita tidak lain dalam rangka ber”khidmah” kepada makhluk Allah. Sekali lagi, semuanya pada akhirnya harus kembali pada Allah. Tidak boleh berhenti sampai makhluk saja. Itu yang dinamakan Khidmah yang sejati.

Hal yang tak kalah penting yang harus kita ketauhi dari prinsip ini adalah “membuat orang lain terhormat” itu tak lantas kita harus menghinakan diri, merendahkan diri dihadapan orang lain. Hemat saya, itu tidak benar. Yang ada, kita harus merendahkan hati kita dan selalu berusaha memberi kemanfaatan kepada orang lain. Bedakan merendahkan diri dan merendahkan hati.

Ini sulit kalau kita tidak terbiasa, berusaha memiliki hati yang luas, seluas samudra, supaya kita tidak mudah tergoyangkan oleh lemparan-lemparan batu dari orang lain.



Kedua prinsip ini menurut saya sangat membantu kita dalam menjalani kehidupan supaya kita bisa merasakan kehidupan yang penuh kedamaian, dan seimbang antara hubungan Vertikal dan hubungan horizontal. Setiap kita mau melakukan sesuatu, ingatlah prinsip ini, in syaa Allah hati kita bisa luas dan luwes. Dan yakin, akan mendapatkan ketentraman jiwa dan hati.



 Dawuh Bapak ini ternyata merupakan  intisari dari Hadits Nabi yang saya temukan di Kitab Nashihul Ibad karya Syekh Nawawi Al-Bantani.

خصلتان لاشئ أفضل منهما الايمان بالله والنفع للمسلمين

Kurang lebih artinya sebagai berikut:

“dua perkara yang tidak ada yang lebih utama dari keduanya yaitu Iman kepada Allah dan Memberi kemanfaatan pada orang-orang islam”



Bukankah ini sinergi dengan “menomorsatukan Allah dan Membuat orang lain terhormat”?

Saya kira iya…

Wallahu a’lam…




3 komentar untuk "Menelaah Kembali "Menomorsatukan Allah dan Membuat Orang Lain Terhormat""

Posting Komentar